Thursday, August 4, 2016

Pidato Steve Jobs: kematian....(bagian ketiga)

Cerita ketiga saya adalah tentang kematian


Ketika saya berusia 17 tahun, saya membaca kutipan yang bunyinya: “Jika anda setiap hari menjalani hidup seolah-olah adalah itu adalah hari terakhir anda, suatu hari anda pasti benar.” Kata-kata itu membuat kesan pada diri saya, dan sejak itu, untuk 33 tahun terakhir, saya melihat cermin setiap hari dan bertanya pada diri saya: “Jika hari ini adalah hari terakhir saya hidup, apakah saya benar-benar menginginkan apa yang akan saya lakukan hari ini?” Dan setiap kali jawabannya adalah “Tidak” untuk terlalu banyak hari yang berurutan, saya tahu saya perlu merubah sesuatu.

Dengan mengingat bahwa saya akan meninggal dalam waktu dekat adalah alat paling penting  yang pernah saya jumpai untuk membantu saya membuat keputusan besar dalam hidup. Karena hampir segalanya – semua ekspektasi eksternal, semua kebanggaan, semua ketakutan karena malu dan gagal – semua itu hilang di depan wajah kematian, hanya meninggalkan apa yang benar-benar penting. Dengan mengingat bahwa anda akan meninggal adalah cara terbaik yang saya tahu untuk menghindari jebakan berfikir bahwa anda memiliki sesuatu yang akan hilang. Anda sebenarnya sudah telanjang. Tidak ada alasan untuk tidak mengikuti hati anda.

Sekitar satu tahun lalu saya didiagnosa mengidap kanker. Saya menjalani scan pada pagi hari pukul 07.30, dan jelas menunjukkan
sebuah tumor di pankreas saya. Saya bahkan tidak tahu apa itu pankreas. Dokter mengatakan kepada saya ini hampir pasti adalah jenis tumor yang tak dapat disembuhkan, dan saya diperkirakan tidak hidup lebih lama dari tiga atau enam bulan. Dokter menyarankan saya untuk pulang dan menyusun prioritas keperluan saya, yang mana adalah kode dokter untuk bersiap-siap mati. Itu berarti mencoba mengatakan pada anak-anak anda semua yang anda kira akan anda katakan 10 tahun lagi menjadi hanya beberapa bulan lagi. Itu berarti memastikan semuanya diatur sedemikian sehingga akan menjadi semudah mungkin untuk keluarga anda. Itu berarti waktunya mengucapkan selamat tinggal.

Saya hidup dengan diagnosa itu setiap hari. Kemudian malam itu saya menjalani biopsi, yang mana mereka memasukkan sebuah endoskop dalam kerongkongan saya, melewati perut dan usus saya, meletakkan jarum dalam pankreas saya dan mengambil beberapa sel dari tumor itu. Saya dibius, namun istri saya, yang berada di sana, mengatakan kepada saya bahwa ketika mereka menyaksikan sel-sel itu di bawah mikroskop dokter mulai terharu karena sel itu telah berubah menjadi tipe kanker pankreas yang sangat langka yang dapat disembuhkan dengan operasi. Saya menjalani operasi dan saya baik-baik saja sekarang.

Itu adalah saat-saat terdekat saya menghadapi kematian, dan saya berharap tetap sedekat itu untuk beberapa dekade lagi. Menjalani hidup melewatinya, sekarang saya dapat mengatakan ini kepada anda dengan sedikit lebih yakin daripada ketika kematian hanya sebagai sesuatu pengingat yang berguna namun murni konsep intelektual semata:
Tak seorang pun ingin mati. Bahkan orang yang ingin pergi ke surga pun tak ingin mati untuk pergi ke sana. Namun kematian adalah perhentian yang kita semua akan lalui. Tak seorang pun pernah lolos darinya. Dan memang seperti itulah seharusnya, karena kematian adalah satu-satunya penemuan terbaik dalam kehidupan. Dia adalah agen perubah kehidupan. Dia menghapuskan yang lama untuk membuat jalan bagi yang baru. Hari ini sesuatu yang baru itu adalah anda, namun suatu hari tidak lama dari sekarang, anda akan berangsur-angsur menjadi tua dan terhapuskan. Maaf kalau agak dramatis, namun itu memang benar.

Waktu anda terbatas, jadi jangan menghabiskannya dengan menjalankan kehidupan orang lain. Jangan terjebak oleh dogma – yaitu hidup dengan hasil pemikiran orang lain. Jangan biarkan kebisingan pendapat orang lain menenggelamkan suara nurani anda. Dan yang paling penting, miliki keberanian untuk mengikuti hati dan intuisi anda. Mereka entah bagaimana telah mengetahui ingin menjadi apa anda nantinya. Segala hal selain itu adalah nomor dua.


Pesan penutupnya dalam pidato ini
Ketika saya muda, ada publikasi menakjubkan bernama The Whole Earth Catalog, yang mana menjadi salah satu ‘kitab suci’ dari generasi saya. Ini diterbitkan pada akhir tahun 1960, sebelum muncul publikasi dari komputer, jadi itu semua dibuat dengan ketikan manual, gunting, dan kamera polaroid. Seperti halnya Google namun dalam bentuk kertas, 35 tahun sebelum lahir Google. Sangat idealis, rapi, dan dipenuhi dengan gagasan menarik.
Ada beberapa isu yang diangkat di sana. Dan pada pertengahan tahun 1970, mereka menerbitkan isu terakhirnya. Ketika itu saya seusia anda. Pada cover belakang dari isu terakhir itu terdapat foto suatu jalan desa dalam suasana pagi hari. Di bawah foto itu terdapat kata-kata: “Stay Hungry. Stay Foolish (Tetaplah lapar. Tetaplah Bodoh).” Itu adalah pesan selamat tinggal yang mereka ucapkan ketika menutup publikasi itu. Stay Hungry. Stay Foolish. Dan saya selalu mengharapkan itu untuk diri saya sendiri. Dan sekarang, seraya anda akan lulus untuk memulai yang baru, saya mengharapkan itu untuk anda.
Stay Hungry. Stay Foolish.
Terima kasih banyak semuanya.


....semoga bermanfaat, terima kasih atas kesediaannya meluangkan waktu untuk membaca....

4 comments:

  1. Stay hungry, stay foolish.. Nice quote ^^

    ReplyDelete
    Replies
    1. Pesannya adalah, kita disuruh makan banyak & belajar banyak...hehe

      Delete
    2. Betul mas, bukannya semakin banyak kita membaca semakin faham kalau kita ini bodoh :D

      Delete
    3. yup, betul sekali. very sharp conclusion.

      terhadap ilmu seyogyanya kita ini merasa bodoh, sebagaimana rasa lapar terhadap makanan, sehingga semangat untuk belajar terus terjaga

      Delete