Tuesday, October 4, 2016

Go Green Part 3



Aku suka heran sendiri, pake cara apa setan menggoda manusia. 

Tawa dan ceria. Itu yang kutemukan di go green part 3 kemarin. Bagi yang belum tahu, go green adalah program pengumpulan sampah rosok untuk kemudian dijual oleh pemuda di kampung kami. Sudah tiga kali kami jalankan program seperti ini. Dan dari tiga kali itu tak pernah kudapati seorang pun yang cemberut atau susah dalam pelaksanaannya. Kami bisa dapat sekitar 300rb dalam setiap seri go green. Walaupun cukup lumayan, bukan itu, keceriaan ini bukan semata karena duit.


Kalo boleh jujur, ini buatku sendiri lho ya, entah yg lain...aku ngrasa ada semacam fun yang susah kutemui di tempat atau dengan cara lain. Maksudku, coba deh kamu bayangkan, bersama teman melakukan sesuatu bersama, saling bercanda, dan itu kegiatan positif pula. Priceless.

Aku ini bukan orang yang kurang piknik ya,
lagipula dengan teman-teman ini kami pernah kok piknik bareng. Tapi ini memang beda. Piknik kurang bisa memunculkan sisi ‘kebersamaan dalam mencapai sesuatu’. 

Benar kalo orang-orang tua bilang, gotong royong itu meringankan pekerjaan. Dari go green ini aku paham bahwa ‘meringankan’ itu tak hanya datang dari segi terbaginya beban kerja saja, tapi juga dari suasana yang terbangun di dalamnya, menjadikan lelah atau panas tak terasa.

Jadi, mau piknik? Ikut kami di go green selanjutnya….wow that escalated quickly..

Tapi apakah gampang memulai kegiatan ini? Tidak sama sekali. Ada saja yang masih merasa berat untuk mengawali (yo termasuk sek ngomong iki). Padahal ini bukan pertama kali. Dari janji kumpul jam 7, molor jadi jam 8. Saling menunggu, itu rasanya masih menjadi penyakit yang belum ditemukan obatnya.

Tapi itu hanya di awal saja. Nyatanya setelah jalan, ya seperti yang kugambarkan di atas tadi,. Menyenangkan.

Mungkin kau mau bilang karena terpaksa? Ada benarnya sih..tapi dengan senyum dan tawa itu? i don’t think so. Itu bukan wajah-wajah orang terpaksa. 

Makanya ya itu tadi, aku suka heran bagaimana setan menggoda manusia. Padahal diajak seneng-seneng kok gak mau. Seperti sudah dibohonginya saja perasaan manusia itu, menjadi tak percaya dengan apa yang dirasakannya sendiri. 

Kembali ke laptop. Dalam setiap seri go green ada saja cerita tersendiri di dalamnya.

Siang itu salah satu anggota kami (sebut saja Mawar) tiba-tiba menyendiri di bawah pohon sambil ungkak-ungkuk mengerjakan sesuatu. Ternyata dia sedang mengamplas sebuah velg motor bekas. Memang warga kampung  kami ini kelewat baik, kadang barang-barang yang masih bagus seperti sepeda, atau helm, atau velg ikut dikasih untuk mendukung program kami ini. Sayang sudah tiga kali ini belum ada yang ngasih anak gadisnya untukku.

Kesempatan itu tak disia-siakan oleh Mawar, velg itu masih dalam kondisi bagus hanya saja kotor oleh cat dan sedikit karat. Kebetulan dia juga lagi butuh. Tumbu oleh tutup paribasane.

Melihat gelagatnya, teman yang lain segera paham. Dalam hati, tentu kami rela 100% barang itu dimanfaatkan oleh teman kami sendiri. Tapi ini adalah bahan ecean yang empuk nan gurih. Ini tak bisa dilewatkan begitu saja.

Dan benar saja, ecean datang silih berganti pating clemong yang tentu diikuti dengan tawa pecah teman-teman lain. Entahlah, teman-teman ini kalo ngece orang kreativitasnya seperti tak terbatas, Einstein pasti kalah. Kata-katanya khas guyon maton, seperti misalnya:

“Lha iyo, rosok yo di-rosok..”

Atau

“Mesti seko ngomah mau prinsipmu: aku kudu melu..”

Semua itu diucapkan dengan nada dan intonasi yang khas yang mau tak mau bikin ketawa. Oh kawan, kamu harus dengar sendiri kapan-kapan. Aku ngetik ini pun sambil senyum-senyum sendiri ingat kejadian itu. hehehe.

Si teman kami ini, Mawar, orangnya memang gentleman, ia lalu sodorkan uang maksudnya untuk mengganti barang yang dia ambil. Yang mana malah membuat kami bingung sendiri, tak enak, dan tentu menolaknya. Tadi kan hanya bercanda. Tapi ia berkeras, karena memang hasil pengumpulan rosok ini untuk dijual.

Yah, begitulah persahabatan & keakraban di kampung kami.


I miss them already.




mbakat

stiker tanda partisipasi
"iki sek tak enteni"

raiden of mortal kombat

No comments:

Post a Comment